Masih berkaitan dengan perjalanan ke Teluk Mekaki, karena hari itu masih siang dan kita merasa terlalu "pagi" untuk pulang, maka kami berkendara menuju barat untuk melanjutkan perjalanan ke ujung barat Pulau Lombok, yaitu Bangko-Bangko. Perbedaan antara jalan ke Teluk Mekaki dengan ke Bangko-Bangko adalah, ketika di pertigaan Pelangan , jika ingin ke Teluk Mekaki belok kiri, maka jika ingin ke Bangko-Bangko kita harus belok kanan (arah dari Mataram). Sebelum perjalanan ke Bangko-Bangko, kita sempatkan untuk makan siang karena perut yang sudah minta untuk diisi. Dan siang itu kita mampir di salah satu warung bakso di sekitar pertigaan Pelangan. Selain untuk mengisi perut, siang itu kita juga menyiapkan perbekalan minuman, karena siang itu matahari terasa begitu terik.
Makan siang selesai, kita langsung melanjutkan perjalanan ke barat, bukan mencari kitab suci tentunya, tapi ke Bangko-Bangko, ujung barat Pulau Lombok. Di kalangan wisatawan mancanegara, Bangko-Bangko lebih dikenal sebagai tempat untuk surfing, karena mempunyai ombak besar dan stabil. Perjalanan ke Bangko-Bangko tidak berbeda jauh dengan perjalanan Mataram ke Sekotong, kita masih ditemani dengan bukit dan pantai. Kondisi jalan cukup bagus, dan itu membuat kita bisa berkendara lebih kencang. Motor roda dua terus melaju hingga kita melihat gapura dengan tulisan selamat datang di tempat wisata Bangko-Bangko, menandakan bahwa kita sudah semakin dekat dengan wilayah Bangko-Bangko. Tapi semakin dekat,cuaca terasa tambah panas dan keadaan sekitar menjadi lebih kering dan tandus.
Tak lama dari gapura selamat datang, kita akan menemui ujung aspal terakhir, dan setelah itu jalan berupa bebatuan yang cukup membuat kita lelah berkendara. Ada sekitar 20 menitan kita melalui jalan bebatuan, harap hati-hati karena jika kita lengah sedikit, bisa-bisa kita akan terjatuh karena banyaknya kerikil. Selanjutnya kita menemukan sebuah pertigaan di dekat bukit, sebenarnya mau ke kanan ataupun ke kiri itu sama-sama daerah Bangko-Bangko. Tapi untuk para surfer lebih cenderung untuk mengambil jalur kiri, dan kita waktu itu sepakat untuk mengambil jalur belok kanan. Tak jauh dari pertigaan, ada rombongan mobil yang isinya wisatawan mancanegara, mereka memanggil kami dan mengajak ngobrol. Dan ternyata rombongan bule tersebut mobilnya baru saja diibobol oleh oknum tidak bertanggung jawab dan mereka meminta pertolongan kepada kita untuk bicara kepada warga setempat apakah mereka melihat /kenal oknum pembobol mobil.
Karena mayoritas warga Lombok pinggiran kurang fasih berbahasa Indonesia, kamipun jadi kesulitan untuk berkomunikasi, karena kami juga tidak bisa berbahasa Sasak, bahasa asli penduduk Lombok. Tapi akhirnya ada juga pendudukl lokal yang mau menolong bule tersebut, baik untuk berkomunikasi dengan warga lokal maupun ikut mengurus ke kantor polisi. Setelah pamitan dengan para bule, kita kembali melanjutkan perjalanan masih dengan melewati medan bebatuan. Panas semakin menyengat, dan kembali kita menemui sebuah pertigaan, jika ke kanan maka ke perkampungan nelayan, dan kita lurus untuk menuju Bangko-Bangko. Lepas dari pertigaan, ada sebuah tebing yang bisa untuk berteduh dan beristirahat dan kita memutuskan untuk berhenti. Kami tidak berhenti begitu saja, tapi juga berfoto dan menikmati gulungan ombak di bibir pantai.
|
Bebatuan dan jernihnya air dengan latar kampung nelayan |
|
Kampung Nelayan Bangko-Bangko |
|
Perahu layar beriringan |
Waktu itu air sedang surut, sehingga bebatuan-bebatuan pantai terlihat dan beberapa genangan air yang terjebak di cekungan juga menghiasi siang itu, di sisi jauh terlihat perkampungan nelayan lengkap dengan perahu-perahunya. Selesai kita beristirahat kami kembali berkendara menuju barat. Belum lama berkendara, kami berhenti lagi, karena kami terkagum melihat besarnya ombak yang menabrak batu karang dan menciptakan sensasi tersendiri. Akhirnya kami putuskan untuk berhenti di tempat itu, mengamati gulungan ombak dan batu karang. Berfoto dengan latar belakang pecahan ombak yang menghantam karang adalah hal favorit yang dilakukan siang itu. Menyegarkan, mungkin itu sensasi yang aku rasakan ketika melihat ombak besar menghantam batu karang kemudian airnya melompat ke berbagai arah. "Kesegaran" itu cukup mengobati dahaga yang disebabkan karena terik matahari yang begitu menyengat.
|
Ombak dan Bebatuan |
|
Ombak menghantam batu karang |
Cukup lama kita di tempat itu walaupun akhirnya kami putuskan untuk segera kembali ke arah Mataram karena bahan bakar salah satu teman sudah mulai menipis. Perjalanan pulang masih melalui jalan yang sama waktu berangkat, jalan bebatuan. Ketika akan mencapai jalan aspal, kita berhenti untuk mengisi bahan bakar agar bisa sampai dengan selamat di Mataram. Laju kendaraan yang kita pacu tidak begitu kencang, karena kami berniat untuk menikmati Sunset di dermaga Sundancer,salah satu resort yang ada di Sekotong. Sebelumnnya kita mampir dulu di Pantai Elak-Elak yang berada di dekat Kantor Budidaya Laut Pulau Lombok di Sekotong. Dan ketika matahari mulai redup, kita sudah berada di dermaga Sundancer, berfoto dan menikmati hembusan angin senja yang sejuk. Dan malam harinya kita sudah sampai di Kota Mataram.
|
Gili Penyu di Pantai Elak-elak |
|
Pasir Putih Pantai Elak-elak |
|
Seorang bapak terkagum melihat hasil jepretan kamera |
|
Nelayan melintas di sekitar Pantai Elak-elak |
|
Senja di Bukit Pandanan |
Judul: Ujung Barat Pulau Lombok, Bangko-Bangko; Ditulis oleh Angga Maxzi
No comments:
Post a Comment